Jangan Terlalu Baik Jadi Orang Baik

Berbuat baik itu harus, tapi kalau terlalu baik?

Kalau kita ngelakuin tindakan yang nggak baik, pasti nantinya dicap sebagai “orang jahat” dan kalau kitanya yang terlalu baik, malah bisa dimanfaatkan orang lain yang berniat nggak baik ke kita. Serba repot.

Jadi, aku mau cerita pengalaman dari temen saya sendiri nih. Bukannya mau mengumbar “aib” temen, tapi semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua.

Aku punya temen, sebut aja namanya Sari. Sari ini bisa dibilang termasuk orang yang nggak tegaan, ada temennya yang butuh duit dan curhat ke dia, ujung-ujungnya intinya si temen ini minta tolong Sari buat nyairin uang dari akun Shopee Pinjam dari akunnya Sari. Dan temennya ini, sebut aja namanya Anggrek, masih nawar untuk pembayarannya minta dicicil sekian kali. 

Si Anggrek ini sudah usia ibu-ibu dengan dua anak remaja. Aku sendiri juga mengenal Anggrek. Bisa dibilang Anggrek ini sebenernya juga baik ke orang lain, seperti misalnya sering traktir dan sejenisnya. 

Anggrek nggak hanya meminjam uang sekali dua kali, tapi lebih dari itu. Nggak hanya itu aja, Anggrek juga minta tolong Sari buat bayarin PLN bulanannya, yang mana rata-rata pembayaran listrik di rumah Sari kurang lebih 700 - 800 ribu. Lagi-lagi, Sari membantunya dengan membayar tagihan listrik Anggrek menggunakan paylater. 

Kemudian saat bulan depan waktunya pembayaran tagihan, Anggrek ini kalau ditagih hampir selalu banyak alasannya dan lewat dari tanggal jatuh tempo. Jadi sebelum tanggal jatuh tempo, Sari selalu membayar tagihan dulu, kadang dengan uang pribadinya, kadang dengan narik uang dari aplikasi pinjol.

Lain cerita dengan Anggrek, ada lagi temen Sari, anggap namanya Bulan. Bulan pengen beliin anaknya handphone, tapi si anak maunya hape merk A type XXX. Yup, dengan baik sekali Sari membelikan hape sesuai permintaan Bulan dan menggunakan pembayaran secara kredit dari akun pinjolnya Sari. Selang beberapa jam kemudian, saat transaksi sudah berhasil dan Sari akan menyerahkan hapenya ke Bulan, dengan santainya Bulan berkata 

“Mbak Sari, anakku nggak jadi beli hape merk A, dia pengen hape yang lain”

Bagai disambar petir, Sari udah mulai emosi. Si Bulan dengan entengnya bilang membatalkan. Sari mulai menawarkan hape itu ke kenalan-kenalannya, mungkin ada yang mau. Asalkan cicilan hapenya bisa dibayarkan, tanpa Sari harus membayar lebih dulu. 

Kejadian mengkreditkan hape dengan modal dari pinjol atau paylater ini, sering banget dilakukan sama Sari. Alasannya klise, nggak tega. 

Kalaupun ada orang lain lagi yang butuh uang, dan menurut Sari, orang tersebut sekiranya mampu membayar tagihannya, pasti Sari akan membantunya dan ujung-ujungnya orang yang dibantu malah molor pembayarannya.

Aku dan temennya sering menasehati supaya “stop” buat bantuin orang dengan cara ini. Mungkin kalau uang yang dipakai modalnya bukan dari pinjol lain cerita. Sari sering bantuin orang dengan minjemin uang, tapi orang yang dibantu nggak pernah kapok dan terus-terusan meminjam. Sampai anaknya temen aku sendiri ibaratnya makan tahu tempe, karena  juga perlu hemat dan mengatur keuangannya.

Berbuat Baik Boleh Aja, Tapi

Kalau menggunakan paylater atau butuh dana cepat dengan pinjol demi kebutuhan anak-anaknya atau keluarga sendiri masih mendingan, karena yang tahu kapasitas untuk membayar pastinya hanya temen aku sendiri dan tahu kapan waktunya pembayaran.

Tapi kalau menyangkut orang lain, yang mana kita nggak tahu kendala apa yang dialami orang tersebut, bisa-bisa menghambat proses pembayaran tagihan dan kitanya yang pusing sendiri.

Lagi-lagi, nggak ada larangan buat kita untuk berbuat baik terhadap sesama. Terkadang, kita nggak bisa tahu isi hati orang tersebut akhirnya akan seperti apa. Apakah di awal kenal memang baik, terus lama-lama ingin memanfaatkan.

Uang Merubah Segalanya

Dari kejadian uang dan uang inilah, hubungan Sari dan Anggrek lumayan memburuk. Kadang si Anggrek di Whatsapp nggak bisa, bahkan sampai ganti nomor juga. 

Memang bener kalau ada yang bilang, kalau uang ini ibaratnya seperti pisau bermata dua. 

Asalkan bijak dalam penggunaan akun-akun fintech yang berbau pinjol atau paylater, ya nggak masalah juga, asalkan pilih yang resmi aja.